KETIKA ditanyakan kepada ahli satra Barat : “Apa rahasia kejayaan mereka?“ Jawabnya: “The woods are lovely, dark and deep but I have promises to keep and miles to go before I sleep “ (Taman itu indah, gelap dan tebal tetapi saya mempunyai temu janji yang mesti ditunaikan dahulu sebelum tidur.”
“ The heights by great men reached and kept were not attained by sudden fight. But while their companions sleep were toiling upwards in the night “ (Pencapaian kerja yang tinggi oleh orang-orang ternama tidak didapati serta merta, tetapi mereka bekerja keras sehingga larut malam pada waktu sahabat-sahabat mereka sedang nyenyak tidur). Ini jelas menunjukkan mereka meminimalkan waktu tidur untuk mencapai kejayaan dalam hidup mereka.
Umumnya orang mengatakan tidur malam perlu antara enam hingga delapan jam sehari. Tetapi pendapat ini ditolak oleh para saintis Barat seperti Dr.Ray Meddis, seorang professor di Departement of Human Sciences, England University of Tecknology yang mengatakan manusia sebenarnya perlu tidur malam selama tiga jam saja.
Pakar kesehatan Barat antara lain mengatakan : “Kita akan menyedot oksigen khusus yang wujud di atmosfer bumi antara lebih kurang jam tiga pagi hingga terbit matahari dan menggerakkan otot-otot di dalam badan kita ke arah menyegarkan badan dan melicinkan gerak saluran darah. Kedua – duanya yaitu oksigen dan gerak otot itu sangat penting dalam memastikan kesehatan tubuh manusia. Oksigen itu hilang dari atmosfer bumi selepas matahari terbit dan tidak datang lagi sehingga esok pagi. Hanya manusia yang bangun pada waktu ini dapat menikmati oksigen tersebut. Mereka yang bangun tidur lewat tidak bisa menikmati oksigen ini.“
Pernah terinformasi bahwa kurang lebih 60 % kegiatan perekonomian dan jumlah uang yang beredar di Indonesia ini terpusat dan berada di Jakarta. Dikaitkan dengan pernyataan ahli satstra Barat diatas, alasannya logis. Diantara indikasinya kalau kita menelusuri jalan-jalan utama lewat tengah malam, maka di gedung-gedung yang menjulang itu, lampunya masih menyala terang benderang dan di halaman parkirnya masih dipenuhi oleh deretan mobil yang menandakan bahwa di dalam gedung tersebut masih terdapat orang – orang yang beraktivitas. Selain itu sepanjang malam di jalan-jalan raya kita saksikan tidak ada hentinya lalu lalang kendaraan bermotor, sehingga Jakarta dilidahkan dengan ‘kota yang tidak pernah tidur.“ Kesibukan seperti ini jarang kita lihat di ibukota Provinsi, apalagi di ibukota Kabupaten.
Kita simak beberapa contoh orang yang sukses, karena sanggup mengurangi jam tidurnya. Almarhum M. Natsir. Pendidikan formalnya hanya tamatan Mulo, sederajat SMU sekarang. Tapi beliau pernah menjabat sebagai Perdana Menteri RI dan beberapa kali dipercayai menjadi Menteri Penerangan RI. . Dunia, khususnya dunia Islam mengakui beliau sebagai salah satu tokoh terkemuka Internasional, sehingga dipercayai menjabat Wakil Ketua Muktamar Alam Islami sedunia. Beliau wafat dalam usia 83 tahun. Karena “kutu buku“, rata-rata baru tidur lewat tengah malam. Tapi Masya Allah. Setiap malam tidak pernah meninggalkan qiyamullail. Menurut penuturan isteri almarhum, selama beliau sehat, setiap malam hanya tidur kurang lebih 2 jam saja. Mantan Ketua Umum Masyumi ini dengan karunia Allah mampu mengikuti jejak Rasulullah SAW dalam hal mengurangi tidur di waktu malam. Ketika ditanya wartawan: ”Apa pengalaman yang paling berkesan dalam kehidupan Bapak?“ Beliau menjawab: “Semuanya berkesan. Tapi yang paling berkesan ialah ketika melakukan salat tahajjud, baik ketika di dalam tahanan maupun di luar tahanan.“
Karena di siang harus melaksanakan berbagai aktivitas sosial kemasyarakatan dan bisnis ( Sebagai Pemimpin Umum Majalah Panji Masyarakat ) yang diembannya , maka almarhum Prof. Dr. Hamka memanfaatkan waktu malamnya untuk membaca, menulis dan beribadah malam. Adalah Drs.J.C.Simorangker, pendeta, amat mengagumi ‘Buya‘ dengan berkata : “ Hamka dimata saya adalah manusia sempurna.“ Ketika ditanya alasannya, beliau menjawab: “ Sejak subuh sampai malam tidak pernah capek dan tetap cerah. Padahal aktifitasnya segudang.“ Pengarang Tafsir Al Azhar ini wafat dalam usia 81 tahun. Lalu bagaimana dengan kegiatannya di waktu malam? Simaklah ungkapannya: “Bila aku menulis di waktu mendekati akhir malam, syu’urku teramat tajam dan aku tak pernah merasa capek …. ! “ Walaupun pendidikan formal Hamka hanya sampai kelas V Sekolah Dasar, namun ketenaran namanya merambah hingga mancanegara. Dengan izin Allah, semua karunia itu bisa beliau capai, lantaran mampu mengurangi jam tidurnya untuk beraktifitas di waktu malam.
Sejarah mencatat, tidak ada seorang pun pemimpin di dunia ini yang banyak jabatannya, berat tugasnya dan sarat penderitaannya melebihi Nabi Muhammas SAW. Sehingga Michael H.Hart menempatkan beliau pada urutan pertama dalam bukunya ‘Seratus Tokoh Yang Paling Berpengaruh Dalam Sejarah.‘ Yang menakjubkan selama hayatnya – 63 – tahun Nabi SAW hanya dua kali mengalami sakit. Pertama, beliau pernah mengalami sakit kepala ketika kembali mengunjungi makam pahlawan Baqi. Kedua, beliau mengalami sakit – bissahri wal hima – sukar tidur dan demam panas, beberapa hari sebelum wafat. Apa resepnya? Antara lain setiap malam Nabi SAW hanya tidur rata-rata 2 sampai 3 jam karena melaksanakan qiyamullail.
Kalau kita menyimak sejarah kekhalifahan mulai dari khalifathul Rasyidin sampai berikutnya, maka pemimpin yang berhasil mengantarkan kepada kejayaan Islam dan memakmurkan rakyatnya, hanyalah pemimpin yang mampu mengurangi waktu tidurnya untuk bekerja secara istiqamah “meronda malam dan melayani rakyatnya“ serta tidak luput mendirikan salat tahajjud. Diantara mereka yang sikap hidupnya telah sering kita ketahui misalnya Umar bin Khattab, Umar bin Abdul Aziz, Salahuddin Al Ayyubi dan Sultan Muhammad Al Fatih.
Jenderal Sultan Muhammad Al Fatih misalnya ketika menjadi pemimpin menggantikan ayahnya di usia 19 tahun. Setiap waktu lewat tengah malam, ia keluar, hanya untuk memastikan apakah rakyatnya ada yang sedang kesusahan, dan mengecek apakah mereka sudah salat tahajjud atau belum. Diceritakan, bahwa pemuda yang ketika berusia 21 tahun itu sudah menyandang pangkat Jenderal , hanya sedikit sekali tidur di malam hari.
Fatimah RA, isteri Khalifah Umar bin Abdul Aziz bercerita: “Umar sejak mendapat amanah menjadi Khalifah telah mengabdikan jiwa dan raganya untuk kepentingan umat manusia. Dia duduk untuk mereka di siang harinya, jika datang waktu sore dia masih melanjutkan tugasnya dalam memenuhi kebutuhan manusia sampai larut malam. Setelah itu dia berdiri dan salat dua rakaat, kemudian dia merunduk dan meletakkan kepalanya di antara kedua tangannya, air matanya menetes diatas pipinya dan menangis tersedu-sedu. Demikian keadannya pada malam itu sampai datang waktu subuh. Sedangkan pagi harinya dia berpuasa." ( Sirah Umar bin Abdul Aziz, Ibnu Al-Jauzi ). Wallahualam. **
Oleh : Uti Konsen.U.M.